Catatan Singkat SNIPER II: Amok Satelit di Perang Israel Vs Iran
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Aktivis NU & Ketua PW RMI-NU DKI Jakarta
Apresiasi setinggi-tingginya kembali saya berikan kepada PWNU DKI Jakarta, Direktur SNIPER (Sekolah Nahdliyyin Pergerakan), Tuan Guru Dr. Endin AJ. Soefihara, MMA, dan segenap panitianya karena bisa-bisanya memasukan materi satelit ke dalam kurikulum SNIPER. Bikin melongo, takjub. Belum pernah ada dalam sejarah saya ikut pendidikan NU ada materi ini. Padahal ngurusin langit secara fisik, di luar non fisik seperti istighotsah, dll., menjadi sangat penting di era sekarang.
Karena materi tentang satelit yang disampaikan oleh H. Sigit Jaitputro, aktivis NU yang Ketua Harian Asosiasi Antariksa Indonesia & Asesor Satellite BNSP, dengan makalahnya berjudul PWNU Forum: Overview of Space Industry and International Relations di SNIPER II, Gedung PWNU DKI Jakarta, Jl. Utan Kayu Raya No. 112, Jakarta Timur, Sabtu (31/05/2025) mendapatkan urgensi yang kuat saat perang via langit antara Israel vs Iran.
Saya dan tentu semua yang sudah mendapatkan materi satelit ini berbeda dengan orang kebanyakan dalam melihat rudal-rudal balistik yang dilancarkan Iran ke Israel. Perang ini bukan kehebatan rudalnya, rudal cuma wayang. Sejatinya, yang amok atau ngamuk memborbadir Israel adalah satelit. Rudal bisa nyasar, nyungsep ke laut merah, kalau Iran pakai sistem satelit GPS Amerika Serikat. Bisa dikerjain tuh rudal, bisa berbalik arah juga ke Iran. Tapi, sebelum perang dimulai, Iran menggunakan sistem satelit navigasi BeiDou milik China. Keren, inilah perang saat ini, amok antar satelit. Udah usang itu tentara dikirim langsung ke medan perang kalau lebih efisien dan akurat hancurin lawan pakai rudal.
Pentingnya bangsa Indonesia menguasai dan mempunyai satelit sendiri, mempunya bandar antariksa sendiri untuk peluncuran satelit agar berdaulat dalam sistem navigasi langitnya, sejak lama saya dapatkan dari cerita seorang kawan pensiunan Pushidros (Pusat Hidro-Oseanografi) TNI AL. Dia ahli nautika, ilmu yang mempelajari seni dan sains tentang pengoperasian kapal, khususnya bagian dek kapal dan olah gerak kapal atau navigasi. Dia bilang, kapal-kapal laut TNI AL sering nyasar belayar kalau menggunakan sistem satelit GPS AS, kayak dikerjain. Makanya, TNI AL kembali menggunakan cara tradisional, nggak mengandalkan satelit GPS AS, dan memintanya mengajari para prajurit dan perwira tentang nautika tanpa teknologi satelit walau dia sudah lama pensiun.
Kembali ke Iran. Iran sampai saat ini belum masuk dalam negara maju secara ekonomi, tapi dalam penguasaan teknologi perang modern sudah masuklah. Karena Iran telah belajar banyak dari perangnya melawan Irak di tahun 80-an dengan berinvestasi besar-besaran di teknologi rudal dan tentu saja satelit. Rudal dan satelit adalah satu paket, nggak bisa dipisahkan karena Iran tahu: menguasai satelit atau langit, menguasai jalannya peperangan hari ini, nggak cukup dengan modal doa dan istighotsah dari para mullah. *

