Artikel 

Yuk, Nonton Film G30 S PKI?

Oleh: Rakhmad Zailani Kiki

Kepala Lembaga Peradaban Luhur (LPL)

 

Jelang tanggal 30 September 2020, film yang berjudul Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI atau Pengkhiatan G30 S PKI   kembali diperbincangkan, mencuat dan kembali tayang di stasiun tv swasta.

Menurut saya, siapapun yang memunculkan kembali untuk nonton film ini, apa motifnya,  sesungguhnya tidak penting. Karena film ini sudah  kadung menjadi memori kolektif bangsa ini dari  generasi X ke bawah,  yang setiap jelang tanggal 30 September, saban tahunnya, film ini akan muncul dalam ingatan mereka. Ini seperti efek iklan yang ditayangkan berulang-ulang, repetisi, yang menstimulir otak penontonnya untuk mengikuti maunya pembuat iklan. Saya sedikit banyak memahami hal ini karena materi ini pernah saya ajarkan kepada para mahasiwa saya ketika menjadi dosen untuk mata kuliah periklanan (advertising).

Karena menjadi tontonan yang diwajibkan Rezim Soeharto yang ditayangkan berulang-ulang, maka tidak bisa dipungkiri bila film Pengkhiatan G30 S PKI   adalah film propaganda. Dan Rezim Soeharto telah berhasil dalam propaganda ini, terlepas dari polemik kebenaran sejarah di film ini. Saya katakan berhasil, karena selalu ada tokoh atau sekelompok orang yang mengajak masyarakat untuk menonton film ini jelang 30 September sambil melayangkan protes mengapa pemerintah tidak mewajibkan, minimal menyerukan kembali film ini untuk ditonton dengan melayangkan berbagai macam tuduhan. Jadi,  jangan salahkan tokoh atau kelompok orang ini, karena saya dapat pastikan dia atau mereka ini  bukan dari generasi Y atau generasi milenial. Dia atau mereka ini pasti dari generasi X seperti saya atau di bawahnya yang menjadi contoh korban keberhasilkan propaganda  Rezim Soeharto melalui film ini.

Walhasil, coba kita lepaskan  persoalan politik dan adanya muatan politik dari polemik film ini, Lihatlah sebagai masalah psikis, kejiwaan, efek puluhan tahun film ini diputar. Karenanya, menurut saya,  keriuhan dan polemik nonton film ini dibiarkan saja, sikapi dengan santai,  karena  akan mereda bahkan berakhir setelah  orang-orang dari generasi X atau generasi yang di bawahnya dari bangsa ini tidak ada lagi di muka bumi.*

Related posts