Artikel 

Apa Salah Hagia Sophia Jadi Masjid Lagi?

Oleh: Rakhmad Zailani Kiki

Ketua Lembaga Peradaban Luhur (LPL)

 

Sultan Muhammad II (1444-1481M)  mengubah Gereja Hagia Sophia menjadi masjid sebagai syiar kemenangan umat Islam menaklukkan Konstantinopel dan simbol kejayaan peradaban Islam di masanya. Bukan hanya Gereja Hagia Sophia yang diubah jadi masjid, nama Kota Konstantinopel juga diubah jadi Istanbul.

Tapi, di masa kepemimpinan Kamal Attaturk yang berambisi Turki menjadi negara sekuler, dia mengubah Masjid Haghia Sophia sebagai museum.

Kini, Presiden Turki, Recep Tayyep Erdogan,  menjadikan Hagia Sophia masjid kembali. Untuk apa? Bukan untuk sebagai tempat shalat saja, tapi sebagai syiar berakhirnya sekularisme di Turki dan Turki kembali ke Islam.

Apakah Erdogan salah? Di saat generasi mudanya banyak yang sekuler (sukseslah si Kamal Attaturk!) ,   jadi hedonis,  agnostik, bahkan mulai ngetren menjadi atheis (Baca: Pengakuan kaum muda Turki yang meninggalkan Islam dan menjadi ateis di BBC News) karena meninggalkan norma dan ajaran Islam. Dan Turki di ambang kehilangan satu generasi Islam dan segera muncul satu generasi atheis.

Maka, dari analisis saya, Turki perlu  satu gerakan dakwah yang “sekali pukul” menjadi syiar nasional, magnet yang kuat untuk menyadarkan generasi muda tersebut kembali ke Islam, kembali ke masjid. Dan itu adanya hanya di Haghia Sophia yang menjadi memori kolektif semua generasi di Turki tentang kejayaan bangsa dan negara Turki saat Islam menjadi nafas kehidupan mereka. Anda jangan berharap setelah Hagia Sophia jadi masjid maka segera penuh dengan jamaah yang shalat. Ini bab yang lain, perlu strategi dakwah tersendiri dan perlu waktu!

Apakah Erdogan salah? Kalau mau menyalahkan, salahkan saja sekalian Sultan Muhammad II, kenapa dia menguasai Konstantinopel bukannya hutan Amazon? ***

Related posts