Apresiasi Allah untuk Kerja Keras
Oleh: Latif HATAM
Gusti Allah mboten sare, begitulah bunyi salah satu mutiara kearifan budaya Jawa yang artinya Allah tidak tidur. Allah Swt. selalu melihat dua puluh empat jam penuh tingkah laku semua makhluk, bahkan yang terbersit di qalbu seluruh manusia di dunia ini. Allah Swt. juga tahu kerja keras Anda sebagai karyawan, apalagi ketika harus lembur, begadang di tengah malam buta saat sebagian besar manusia tertidur lelap. Gusti Allah mboten sare!
Selain Maha Mengetahui, Allah Swt. juga Maha Memberi atau Maha Mengapresiasi kerja keras Anda. Lalu, apa bentuk apresiasi-Nya kepada Anda? Mari kita simak uraiannya di bawah ini.
Pertama, orang yang ikhlas bekerja mendapatkan ampunan dosa dari Allah Swt. Rasulullah saw. bersabda,” Barang siapa yang sore hari kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya, maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah swt. “(HR. Thabrani).
Kedua, diampuninya suatu dosa khusus. Rasulullah saw. bersabda,” Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, terdapat satu dosa yang tidak dapat dihapuskan dengan shalat, puasa, haji dan umrah.’ Sahabat bertanya, ‘Apa yang dapat menghapuskannya wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Semangat dalam mencari rizki.” (HR. Thabrani).
Ketiga, mendapatkan cinta Allah Swt.. Rasulullah saw. bersabda,”Sesungguhnya Allah Swt.. mencintai seorang mukmin yang pekerja keras.” (HR. Thabrani).
Keempat, bekerja keras terhindar dari azab neraka. Dalam suatu riwayat hadits disebutkan bahwa suatu saat, sahabat Saad bin Muadz Al-Anshari berkisah bahwa ketika Nabi Muhammad saw. baru kembali dari Perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari. Rasulullah saw. kemudian bertanya “Kenapa tanganmu?” Saad bin Muadz al-Anshari menjawab, ”Karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku.” Kemudian Rasulullah saw.mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka.” (HR. Tabrani).
Di hadits lain, para pekerja keras disamakan dengan para pejuang di jalan Allah (mujahidin). Rasulullah saw. bersabda,“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang berkarya. Dan barangsiapa bekerja keras untuk keluarganya maka ia seperti pejuang di jalan Allah Azza wa Jalla.” (HR. Ahmad).
Sebaliknya, Islam melarang pengikutnya untuk menganggur karena Allah Swt. tidak menyukai penganggur. Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam kitab Al-Kabir, Rasulullah saw. bersabda, ”Allah mencintai setiap Mukmin yang bekerja untuk keluarganya dan tidak menyukai Mukmin pengangguran, baik untuk pekerjaan dunia maupun akhirat.”
Tsabit al-Banani, seorang sufi, berkata,”Telah sampai kepadaku kabar bahwa ampunan terletak dalam sepuluh persoalan: sembilan terdapat dalam sikap diam dan satunya adalah lari dari manusia (uzlah). Ibadah ada sepuluh: sembilan di antaranya dalam mencari penghidupan (bekerja), dan satunya dalam ritual.” *