Artikel 

KH Fachrurrozi Ishaq, Teguh di Jalan Dakwah

Oleh: Rakhmad Zailani Kiki

Peneliti dan Penulis Genealogi Intelektual Ulama Betawi

 

Saya pribadi mulai mengenal lebih jauh  KH Fachrurrozi Ishaq ketika ormas yang beliau dirikan dan pimpin, yaitu Wasiat Ulama, membuka cabangnya di Jakarta Utara

Umat Islam di Jakarta, khususnya masyarakat Betawi, kehilangan sosok ulama lagi, KH Fachrurrozi Ishaq yang wafat pada jam 00.15 WIB, Selasa, 27 Oktober 2020 di Rumah Sakit Hermina. Nama beliau menjadi terkenal di tingkat nasional ketika menjadi “Gubernur DKI Jakarta” tandingan yang dilantik  oleh Gerakan Masyarakat Jakarta (GMJ) yang terdiri atas 90 ormas termasuk FPI dan FBR sebagai bentuk perlawanan kultural terhadap pelantikan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Senin, 1 Desember 2014.

Saya pribadi mulai mengenal lebih jauh sosok  beliau dari organisasi kemasyarakat yang beliau dirikan dan pimpin, yaitu Wasiat Ulama, ketika ormas ini membuka cabangnya di Jakarta Utara. Wasiat Ulama dideklarasikan pada hari Ahad, 8 Januari 2012, di tempat Wakaf Habib Salim bin Jindan.  Nama Wasiat Ulama, selain memiliki makna sebenarnya, yaitu menjadi tempat ulama melaksanakan wasiat Rasulullah SAW tersebut dan mewasiatkannya kepada umat, juga  merupakan singkatan dari Wadah Silaturahim Asatidz Ulama. Deklarasi ormas Islam ini dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, dan dihadiri oleh alim ulama, tokoh dan umat Islam. Dalam deklarasi tersebut diungkapan bahwa tujuan didirikannya Wasiat Ulama adalah untuk mengokohkan mata rantai Ahlussunnah Wal Jama`ah dalam membangun bangsa berakhlakul karimah sehingga umat Islam tetap berada dalam ajaran Islam yang benar, yaitu berpaham Ahlussunnah Wal Jama`ah, dan tidak terseret kepada perkara atau paham-paham baru yang sesat dan menyesatkan.

KH.Fachrurrozi Ishaq lahir di Kampung Kober Ulu, Jatinegara,  Jakarta Timur pada tanggal 11 Nopember 1954. Pendidikan formalnya dimulai di Madrasah Ibtidaiyah, SMP, Pesantren SLTA dan Pesantren As-Saqofah, Tebet,  Jakarta Selatan. Sejak kecil ayahnya (H.Ishaq) dikenal sangat telaten dalam mendidik anaknya, sehingga beliau sangat rajin menuntut ilmu, utamanya ilmu agama. Setamat dari mondok di pesantren,  beliau menikah dengan Hj.Suryani dan dikaruniai 5 (lima) orang anak.

Berkat ketelatenanya dalam menimba ilmu agama, beliau   kemudian menjadi sosok mubaligh yang ceramahnya selalu dibanjiri jamaah. Beliau bukan hanya pandai berorasi di depan jamaah,  tetapi kedalaman ilmunya membuat beliau  diminta untuk mengisi majelis taklim di berbagai masjid dan mushola yang ada di Jakarta.

Wawasan keagamaannya yang luas serta pergaulannya yang luas membawanya aktif dalam berbagai organisasi sekaligus mendirikannya antara lain di PII, di PUMAWI, di MPW PPP DKI Jakarta, dan juga mendirikan Solidaritas Masyarakat Betawi se-Jabotabek (MABES) bersama Ali Shahab dan lain-lain.

KH Fachrurrozi Ishaq memiliki terobosan dalam dakwah. Salah satunya adalah hasil dari dirinya mencermati dan mengamati fenomena tahun baru Masehi yang selalu dipenuhi dengan acara hiburan dan menyedot ribuan massa yang hadir. Lalu, beliau berinisiatif melakukan upaya alternatif dalam merayakan tahun baru tersebut, yakni dengan berzikir, sholawat dan mendengarkan tausiah dari para ulama. Beliau  pun mengadakan tabligh akbar setiap malam tahun baru Masehi yang telah berjalan sejak tahun 1985 bersama KH.Noer Ali Bekasi waktu itu. Dan tabligh akbar tersebut selalu dibanjiri oleh masyarakat sJabodetabek  saban tahunnya.

Beliau juga termasuk ulama yang tetap teguh di jalur dakwah. Ketika ia menjadi salah satu anggota Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan suara partai semakin surut, banyak kader partai yang memintanya untuk tampil sebagai pimpinan partai, namun beliau tetap memilih untuk berada di majelis pertimbangan bahkan di luar struktur sekalipun. Alasannya bukan karena kapabilitasnya namun beliau lebih memilih di luar struktur.  Karena dengan begitu, beliau lebih bisa berinteraksi dengan banyak pihak. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa beliau tetap seorang  kader PPP. Namun demikian, beliau memiliki relasi dengan banyak pihak dan lintas partai politik. Sejak dahulu ia dikenal memiliki hubungan dekat dengan Zulkifli Hasan,  Mantan Menteri Kehutanan , juga dengan Agung Laksono (tokoh Golkar) dan murid-muridnya juga sangat beragam dalam hal politik.

Kemampuannya bergaul dengan banyak pihak sangat kentara dari hubungan dekatnya dengan banyak pihak. Mulai dari ustadz-ustadz kampung yang mengajar ngaji di mushola dan masjid, alim ulama , pengusaha, pejabat publik, seniman dan budayawan hingga masyarakat awam sekalipun. Keterbukaan dan kesederhanaan dalam pergaulan inilah yang kemudian menjadikannya tetap memiliki posisi tersendiri di masyarakat Jakarta. Hampir setiap Haflah Maulid Nabi SAW, Isra` Mi`raj dan Perayaan Hari Besar Islam lainnya, kehadirannya selalu ditunggu-tunggu jamaahnya.

Dengan kiprah dan sikap teguh beliau  di jalur dakwah ini, semoga dapat menjadi teladan buat kita semua, khususnya generasi muda Islam  Aamiin.***

 

Related posts