“Obral Rahmat” di Tengah Pandemi Covid-19
Oleh: Latif HATAM
Bicara tentang mudahnya ibadah di saat pandemi Covid-19, saya akan menggarisbawahi satu kata, yaitu: Sabar. Di dalam Al-Qur`an surah az-Zumar ayat 10 Allah Swt. berfirman yang artinya: “Allah menyempurnakan pahala nya kepada orang orang yang sabar tanpa perhitungan.” Obral pahala saat pandemi Covid-19 ini bisa dilihat dengan dua kaca mata, yaitu: kaca mata syariat dan kaca mata haqiqat.
Tentang kaca mata syariat, saya akan memulai dari surah At-Taghabun ayat 16 yang artinya: “Bertaqwalah semampu kalian.” Maka Ketika ada pembatasan-pembatasan, ada prokes, ada aturan ini dan itu , maka taat kepada aturan-aturan tersebut adalah merupakan bentuk ketaatan kepada Allah sebagaimana yang tertera si dalam surat AtTaghabun di atas.
Taatilah Allah, taatilah rasul dan ulil amri. Ulil amri terdiri atas dua kata, yaitu uli dan al-amri. Uli artinya pemilik atau penguasa. Sedangkan al-amri artinya urusan. Maka uil amri artinya pihak yang berkompeten dalam bidang tertentu dan memiliki wewenang. Ketika ulil amri membuat aturan, maka kita mentaati aturan-aturan itu; termasuk aturan dalam beribadah. Artinya, kita mentaati perintah Allah.
Kaca mata yang kedua adalah kacamata hakikat. Jika pandemi Covid-19 ini adalah musibah bagi manusia, tetapi di kaca mata Allah, pandemi Covid-19 hakikat nya adalah rahmat bagi orang-orang mukmin. Suatu saat, Rasulullah saw. mengajak jalan-jalan sahabatnya. Mereka menenemui pohon kering. Rasulullah menggoyang-goyang pohon tersebut maka berjatuhanlah daun-daun keringnya. Rasulullah saw. bersabda: “wahai sahabatku, tahukah kamu? Orang yang sakit, dosa-dosanya bagaikan daun dari pohon ini, berguguran!”
Di zaman Rasulullah saw. ada seorang perempuan yang menderita penyakit epilepsi. Dia berkata kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah, aku ini mengidap penyakit epilepsi dan aku ketika sedang epilepsi auratku sering tersingkap. Berdoalah untukku agar Allah sembuhkan penyakitku.”
Rasulullah saw. menjawab : “Jika kamu bersabar, kamu dapat surga. Namun kika kamu pilih untuk saya doakan, bisa saja saya berdoa kepada Allah agar menyembuhkan kamu!”
Perempuan tersebut kemudian memilih untuk sabar sampai akhir hayatnya.
Tentu saja kita prihatin, kita bersedih, jika ada saudara saudara kita yang sakit karena Covid-19. Betul-betul luar biasa perjuangan mereka. Dan kita berdoaa kepada Allahsemoga Allah sembuhkan penyakit saudara-saudara kita ini semua, amiin Yaa Rabbal Aalamiin. Tetapi kita juga harus memberikan kabar gembira kepada saudara-saudara kita yang sedang sakit Covid-19 tersebut bahwa jika mereka bersabar atas penyakit mereka, maka Allah berikan kepada mereka surga dan derajat mereka diangkat.
Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Bayangkan, satu duri masuk, derajatnya ditambah oleh Allah apalagi terkena Covid-19. Maa sya Allaah! Maka Rosulullah saw. engajarkan bagaimana kita meringankan penyakit kita. Aisyah berkata bahwa Jika Rasulullah saw. jumpai apa yang beliau suka beliau berkata: “Alhamdulillahi lladzi bini’matihi tatimmush shalihat.” Artinya: “Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya perbuatan perbuatan baik itu bisa menjadi sempurna.” Dengan kesehatan bisa berangkat haji, bisa silaturahim , sadakoh , kerja dan lain sebagainya. Dan jika Rasulullah saw. mendapati sesuatu yang tidak disukai, beliau berkata : “Segala puji bagi Allah atas apapun kondisinya. Karena sekali lagi ,kaca mata Allah bagi seorang Muslim, seorang mukmin hanya satu, yaitu rahmat.
Dengan adanya penyakit, bisa jadi adabnya, akhlaknya seseorang semakin baik. Contoh: ada seorang yang mengalami tabrakan. Setelah tabrakan, dia berkata: “Barangkali ini salah saya. Kenapa sebelum tabrakan saya marahin ibu saya? Barangkali dengan dengan bencana ini, Allah menginginkan saya untuk terus berbuat baik kepada emak saya!”
Ketika orang yang sakit ini dikunjungi oleh orang, disantuni dan lain sebagainya, dia pun menjadi terharu. Akhirnya saling berkasih sayang antar mereka.
Bagaimana kalau sampai wafat? Kalau sampai wafat, Allah memberikanya status sebagai syahid. Suatu saat, Rasulullah saw. bertanya kepada para sahabat:“Siapa yang yang syahid?”
Sahabat menjawab: “Orang yang gugur di medan perang.”
Rasulullah saw. bersabda, “kalau begitu sedikit!”
Rasulullah saw. melanjutkan: “Orang yang gugur di medan perang syahid. Orang yang meninggal karena wabah syahid. Orang yang meninggal karena tenggelam syahid. Dan orang yang meninggal karena sakit perut, syahid!”
Karenanya di tanggal 10 Juli 2021 sudah ada 60 ribu orang yang wafat karena Covid-19, sesungguhnya Allah sedang “memaksa: mereka untuk menjadi para syahid, syuhada di jalan Allah. Kita bersedih, tetapi mereka yang telah mendahului kita bisa jadi sedang tertawa senang karena mendapati janji Allah Swt sebagai syuhada.
Intinya, mari terus kita tingkatkan kesabaran. Sesungguhnya di balik segala sesuatu, Allah sudah membuat skenario kebaikan. Bagi yang tidak kena covid-19, marik kita tunjukkan kepedulian kita. ini pun ujian dari Allah: Apakah kita peduli kepada orang -orang yang menderita Covid-19 atau malah memanfaatkan kesempatan untuk mengeruk keuntungan.
Mudah-mudahan kita tergolong orang orang yang sukses dalam menjalani kehidupan sambil mendulang pahala di saat Allah Swt sedang mengobral rahmat-Nya di tengah pandemi Covid-19 ini. Aamiin ya Rabbal Aalamiin. ***