Suharso VS Rokok Kretek 234 untuk Kyai Radjiun
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Kepala Lembaga Peradaban Luhur (LPL)
Saat saya jadi santri kalong yang mengaji tasawuf ke salah satu ulama Sufi Betawi terkemuka dan penyusun kitab Mirats (99 Hadits Qudsi Rahasia Cinta Kasih Allah) , KH Abdurrahim Radjiun bin Muallim Radjiun Pekojan atau Kyai Radjiun, saya hampir selalu bawa hadiah untuk beliau rokok kretek 234 (Dji Sam Soe) satu bungkus atau jika ada uang saya berikan ke beliau satu slop sebagai bentuk tabarruk.
Saya sendiri bukan perokok, dan Kyai Radjiun tahu. Tapi karena beliau senang merokok kretek 234, saya jadinya ikut senang dengan rokok kretek 234 ini.
Suatu siang, di majelis, saya ditegur Kyai Radjiun. “Ki, jangan pernah larang saya merokok ya!” Ujar beliau sambil merokok.
“Kenapa, Abi?” Tanya saya keheranan. Saya manggil beliau Abi.
“Karena kalau saya nggak merokok, saya mati!” Jawab beliau.
“Kok bisa mati, Abi?” Tanya saya, keheranan.
“Karena orang mati nggak bisa merokok!” Jawab beliau sambil tertawa, dan saya pun ikut tertawa.
Senang dan tertawanya beliau berarti beliau ridha dengan saya, tabarruk saya berhasil: hari-hari yang saya lalui tak luput dari doa beliau dan banyak yang saya dapatkan dari beliau, bukan hanya ilmu. Tapi dapat anak angkatnya juga, seorang hafidzah, yang jadi istri kedua saya (beliau yang menjadi wali hakim saat pernikahan saya) dan dapat lainnya. Padahal selama ini saya cuma ngasih hadiah rokok kretek 234 aja!
Suharso saya rasa belum mengenal betul tentang tabarruk ini. Padahal, jabatannya sebagai Ketum PPP dan Kepala BAPPENAS adalah hasil dari senang dan ridhanya para kyai dari tabbaruknya berupa hadiah uang dll. yang nilainya tidak seberapa dibandingkan jabatan-jabatan dan kekayaan yang selama ini dia peroleh. Kini, ucapannya telah menyakiti qalbu para kyai. Dan jika urusannya sudah qalbu para kyai yang tersakiti, maka tunggu saja balanya!*