Artikel 

REVOLUSI INDUSTRI 4.0: PELUANG DAN TANTANGAN BAGI PENDIDIKAN ISLAM

Oleh

Faiz Rafdhi

(Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Muhammadiyah Jakarta)

Disampaikan pada acara Diskusi Aktual Islam di Ibukota Pendidikan Islam di Era Industri 4.0: Peluang dan Tantangan di Ruang Audio Visual 1 Jakarta Islamic Centre,                              Kamis, 30 Agustus 2018

 

 A. Pendahuluan

Pada tiga sampai lima tahun belakangan ini, model bisnis mengalami disrupsi. Menurut Rhenald Kasali, disrupsi dipicu oleh perkembangan teknologi khususnya internet. Kehadirannya membuat semuanya bisa diakses, dan bersifat kejutan (surprise). Kehadirannya sering tidak disadari. Meskipun begitu, bahwa disrupsi juga menandakan adanya hal-hal yang berubah. Hal-hal yang tidak sama lagi dengan sebelumnya sehingga membutuhkan cara-cara baru untuk dapat menakkukannya.

Lebih lanjut Kasali menyebutnya dengan peradaban uber. Istilah itu merujuk pada dunia baru dengan pembedaan dengan dunia lama. Peradaban itu dikenali dengan perubahan ruang, waktu, pola ekonomi, dan lawan yang tidak kelihat­an. Perubahan yang terjadi diawali dengan hal kecil sedemikian kecil sehingga terabaikan oleh mereka yang besar. Perubahan itu bahkan tidak terlihat, terjadi dari pintu ke pintu, langsung kepada pelanggan, tanpa tanda-tanda yang bisa dibaca.

Perubahan pun terjadi pada cara-cara berbisnis yang dulunya sangat menekankan owning (kepemilikan) menjadi sharing (saling berbagi peran, kolaborasi sumber daya). Jadi kalau dulu semua perlu dimiliki sendiri, dikuasai sendiri atau semuanya ingin dikerjakan sendiri, sekarang tidak lagi. Sekarang kalau bisa justru saling berbagi peran. Saat ini eranya bekerja bersama-sama, kolaborasi, gotong royong. Cara-cara bisnis lama menjadi usang, ketinggalan zaman atau bahkan tergilas. Sebut saja salah satu contoh, keberadaan transportasi online berbasis aplikasi yang telah memukul bisnis angkutan darat konvensional, khususnya taksi. Akibatnya, bisnis angkutan tersebut anjlok bahkan sebagian gulung tikar. Contoh lain, pemberlakuan palang otomotis di sejumlah gerbang tol di Jabodetabek telah menggusur beberapa posisi dalam pengelolaan jalan tol, di antaranya pekerjaan menjaga bilik tiket jalan tol, pekerjaan pengumpulan hasil penjualan tiket, dan pekerjaan yang bertugas mencatat penjualan harian.

Mengubah sudut pandang merupakan sebuah keniscayaan agar tetap eksis di era ini, dari hambatan dan ancaman menjadi peluang dan tantangan. Kekhawatiran tergilasnya perusahaan seperti halnya taksi konvensional serta tergilasnya karyawan penjaga tol tentu menjadi alasan. Namun demikian, jika diamati perubahan yang terjadi juga berdampak positif ke perusahaan maupun individu. Sebut saja otomatisasi gerbang tol dan pembayaran tol melalui e-money, secara ekonomi berdampak positif bagi perusahaan. Pilihan sebagian perusahaan taxi konvensional dalam mengembangkan bisnisnya melalui aplikasi, bahkan ada yang bergabung dengan bisnis taxi online berbasis aplikasi, merupakan salah satu cara mengubah sudut pandang tersebut. Hal itu memberikan keuntungan lebih bagi taksi konvensional dalam menjangkau sasaran marketnya dibandingkan yang lain. Bagi individu, kehadiran platform belanja online seperti Tokopedia, Bukalapak justru memberikan pekerjaan bagi mereka yang tadinya menganggur. Lewat platform ini, mereka bisa mendapatkan penghasilan, baik sebagai penjual, pengantar barang (baca: ojek online), maupun yang bekerja di perusahaan penyedia platform tersebut.

Perubahan yang terjadi, Klaus Schwab ekonom Jerman dan penulis buku “The Fourth Industrial Revolution”, menyebutnya dengan Revolusi Industri 4.0. Suatu revolusi berbasis tehnologi digital dan internet yang berdampak  lebih luas dan kompleks daripada revolusi sebelumnya. Bidang-bidang yang mengalami terobosoan berkat kemajuan teknologi baru tersebut di antaranya, robot, kecerdasan buatan, teknologi nano, bioteknologi, dan teknologi komputer kuantum, blockchain (seperti bitcoin), teknologi berbasis internet, dan printer 3D.

Industri 4.0 merupakan industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur, termasuk sistem cyber-fisik, internet untuk segala atau Internet of Things (IoT), komputasi awan dan komputasi kognitif. Industri 4.0 menghasilkan “pabrik cerdas”. Di dalam pabrik cerdas berstruktur moduler, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat internet untuk segala (IoT), sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama lain dan manusia secara bersamaan. Lewat komputasi awan (cloud computing), layanan internal dan lintas organisasi disediakan dan dimanfaatkan oleh berbagai pihak di dalam rantai nilai.

Industrialisasi dunia dimulai pada akhir abad ke-18 dengan munculnya tenaga uap dan penemuan kekuatan alat tenun, secara radikal mengubah bagaimana barang-barang diproduksi, masa ini disebut sebagai revolusi industri 1.0. Seabad kemudian, listrik dan jalur perakitan memungkinkan produksi massal, atau disebut revolusi industri 2.0. Pada 1970-an, revolusi industri 3.0 dimulai ketika kemajuan dalam otomatisasi bertenaga komputer memungkinkan seseorang memprogram mesin dan jaringan.

Saat ini, revolusi industri keempat (4.0) mengubah ekonomi, pekerjaan, dan bahkan masyarakat itu sendiri. Hakikat Industri 4.0, merupakan penggabungan teknologi fisik dan digital melalui analitik, kecerdasan buatan, teknologi kognitif, dan Internet of Things (IoT) untuk menciptakan perusahaan digital yang saling terkait dan mampu menghasilkan keputusan yang lebih tepat.

Perusahaan digital dapat berkomunikasi, menganalisis, dan menggunakan data untuk mendorong tindakan cerdas di dunia fisik. Singkatnya, revolusi ini menanamkan teknologi yang cerdas dan terhubung tidak hanya di dalam perusahaan, tetapi juga kehidupan sehari-hari kita. World Economic Forum (WEF) menyebut Revolusi Industri 4.0 adalah revolusi berbasis Cyber Physical System yang secara garis besar merupakan gabungan tiga domain yaitu digital, fisik, dan biologi. Ditandai dengan munculnya fungsi-fungsi kecerdasan buatan (artificial intelligence), mobile supercomputing, intelligent robot, self-driving cars, neuro-technological brain enhancements, era big data yang membutuhkan kemampuan cybersecurity, era pengembangan biotechnology dan genetic editing (manipulasi gen).

B. Pembahasan

  1. Industri 4.0

Industri 4.0 yang merupakan lanjutan dari industri 3.0 yang menambahkan instrumen konektivitas untuk memperoleh dan mengolah data, otomatis perangkat jaringan, internet untuk segala (IoT), big data analytics, komputasi awan dan keamanan cyber merupakan elemen utama dalam industri 4.0.

Perangkat konektivitas tersebut dihubungkan pada perangkat fisik industri. Tujuannya adalah untuk menerima dan mengirim data sesuai perintah yang ditentukan, baik secara manual maupun otomatis berdasar kecerdasan buatan. Perangkat IoT pada Industri 4.0 dikenal dengan IIoT (Industrial Internet of Things), yang sebelumnya sangat berguna untuk monitoring secara internal.

Dalam konsep industri 4.0, perangkat IoT tersebut dapat terhubung ke jaringan WAN melalui lingkungan cloud. Sampai di lingkungan cloud, data dapat diproses dan di sebar ke pihak lain. Disini memerlukan otomatisasi dan orkestrasi pada lingkungan hybrid cloud, dengan tujuan untuk memudahkan pengembang dan pihak operasional untuk terus meningkatkan performa dan layanan.

Industri 4.0 yang mengandalkan internet juga memiliki beberapa manfaat, secara garis besar di antaranya:

a. Optimasi

Mengoptimalkan produksi adalah keuntungan utama untuk Industri 4.0. Pabrik Cerdas yang berisi ratusan atau bahkan ribuan Perangkat Cerdas yang dapat mengoptimalkan produksi sendiri akan mengarah ke waktu produksi yang hampir nol. Ini sangat penting bagi industri yang menggunakan peralatan manufaktur mahal seperti industri semi konduktor. Mampu memanfaatkan produksi secara konstan dan konsisten akan menguntungkan perusahaan. Bagi lembaga pendidikan, optimalisasi mesin dapat membantu masyarakat dalam mendistribusikan konten-konten positif. Misalkan, penulis mengembangkan Sistem Pakar Penetapan Harta Waris, yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat untuk mempelajari hukum waris, atau bagi hakim dalam pengambilan keputusan masalah kewarisan, atau aplikasi e-book Himpunan Putusan Tarjih berbasis android.

b.Penyesuaian

Menciptakan pasar fleksibel yang berorientasi pada pelanggan akan membantu kebutuhan masyarakat dengan cepat dan lancar. Ini juga akan melebur batas antara pabrikan dan pelanggan, antara guru dan murid. Komunikasi akan berlangsung antara keduanya secara langsung. Ini mempercepat proses produksi dan pengiriman, secara tepat dan efisien serta mempercepat proses pembelajaran yang positif.

c. Mendorong Pendidikan dan Penelitian

Penerapan teknologi Industri 4.0 akan mendorong berbagai bidang seperti TI dan akan meningkatkan pendidikan pada khususnya. Industri baru akan membutuhkan seperangkat keterampilan baru. Konsekuensinya, pendidikan dan pelatihan akan mengambil bentuk baru yang menyediakan industri semacam itu akan tenaga kerja yang dibutuhkan.

 2. Peluang dan Tantangan bagi Pendidikan Islam

Di mana saja manusia membaca saat ini, sulit untuk menghindar dari informasi atau tulisan tentang teknologi informasi (information technology atau TI) dan internet. Hal ini tidak saja terjadi di negara asalnya yaitu Amerika, tetapi juga di Indonesia. Surat kabar dan majalah dipenuhi dengan cerita sukses dan gagal dari individu atau perusahaan yang merangkul TI dan internet.

Internet telah mengisi ruang publik sehari-hari, sejak seseorang bangun tidur hingga tidur kembali, diwarnai aktifitas yang terhubung dengan internet, seperti aktifitas pengecekan komentar atau postingan di media sosial. Internet tidak lagi menjadi urusan pertahanan semata sebagaimana lahirnya teknologi ini pertama kali di Amerika, namun sudah merambah ke pelbagai sektor kehidupan.

Menurut survey yang dirilis Asosiasi Pemyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017, diketahui bahwa pengguna internet di Indonesia tercatat sebesar 143,26 juta atau 54,68% dari total penduduk Indonesia. Dari 143,26 juta, diketahui 50,08% pengguna internet menggunakan perangkat smartphone, sisanya menggunakan laptop dan personal computer. Bandingkan pengguna internet 20 tahun yang lalu hanya +/- 500 ribu orang.

Begitu pentingnya teknologi informasi dan internet dalam pelbagai bidang kehidupan termasuk dunia pendidikan, secara khusus Marquardt membahas pentingnya teknologi ini dalam learning organization (baca: lembaga pendidikan), Marquardt menyebut terdapat 3 (tiga) subsistem teknologi, yaitu: information technology, technology-based learning, dan electronic performance support system (EPSS). Information Technology (teknologi informasi) diartikan sebagai teknologi berbasis komputer yang digunakan untuk pengumpulan, pengkodean, pemrosesan, penyimpanan, transfer, dan penggunaan data di antara mesin, orang, dan organisasi. Sedangkan technology-based learning (pembelajaran berbasis teknologi) menunjuk kepada video, audi, dan pelatihan multimedia berbasis komputer untuk pengiriman dan tukar informasi, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan electronic performance support system (Sistem dukungan kinerja elektronik) diartikan sebagai penggunaan database (teks, visual, atau audio) dan basis pengetahuan untuk memperoleh, menyimpan dan mendistribusikan informasi melalui organisasi.

Melihat kenyataan bahwa TI dan internet tidak sekadar sebagai alat pelengkap (sekunder) manusia saja tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan (primer) manusia, serta urgensinya bagi pendidikan Islam, maka tulisan ini perlu memaparkan peluang dan tantangannya, khususnya bagi pengelola lembaga pendidikan, bagaimana para kepala sekolah/ madrasah atau pimpinan pondok pesantren dapat menavigasi perubahan ini, dengan mengintegrasikan teknologi digital dan fisik di semua bidang bisnis, produksi, mobilitas, dan komunikasi, revolusi industri keempat mewakili pergeseran luas dan menyeluruh yang harus ditangani secara komprehensif jika sekolah/ madrasah/ pondok pesantren ingin berkembang. Ada tiga hal yang harus dicermati dalam menghadapi industri 4.0

a. Masyarakat

Masyarakat merupakan elemen penting dalam perubahan. Masyarakat, khususnya di kota besar, termasuk yang palng menikmati perubahan ini. Masyarakat kotalah pengguna jasa terbesar layanan transportasi online berbasis aplikasi, masyarakat kota pulalah pengakses terbesar informasi yang bertebaran di pelbagai media berbasis internet maupun media sosial. Masyarakat kota sebagai pengguna jasa internet terbesar dibandingkan masyarakat pedesaan (Lihat infografis APJII). Tanpa masyarakat, teknologi menjadi tidak berarti. Hal inilah menjadi tantangan sekaligus peluang bagi lembaga pendidikan Islam. Masyarakat dapat menjadi “market” baru sebagai warga belajar yang tidak dibatasi usia, ruang dan waktu.

Sudah saatnya, pengelola pendidikan Islam menyiapkan model pendidikannya tidak lagi mengandalkan model klasikal yang memanfaatkan ruang dan waktu. Dalam menjawab tantangan dan peluang ini, para pengelola dapat mengembangkan tutorial pembelajaran maupun e-book (electronic book) berbasis android. Seperti aplikasi Kamus Alquran berbasis Android sebagaimana dikembangkan oleh mahasiswa STMIK Muhammadiyah Jakarta. Alquran di sini sebagai konten pembelajaran

b. Strategi

Pihak pengelola lembaga pendidikan Islam sudah saatnya untuk membuka diri terhadap teknologi ini. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pengelola, di antaranya:

  1. Menyiapkan sumber-sumber talenta dari pelbagai perguruan tinggi untuk menunjang pengembangan teknologi informasi atau internet dalam proses pembelajaran, baik sebagai penyedia konten pembelajaran maupun sebagai tata kelola kelembagaannya.
  2. Memperbesar “market” atau pasar yang kurang terlayani dan terjangkau melalui pengembangan e-learning maupun pengelolaan media sosial yang ramah, inspiratif lagi mencerdaskan.
  3. Menawarkan alat prediksi untuk membantu meningkatkan proses dan mengurangi risiko, khususnya dalam penunjang keputusan, sebagaimana yang dikemukakan Marquardt terkait subsistem teknologi electronic performance support system
  4. Membangun jejaring dengan pemerintah, penyedia jasa internet maupun kalangan swasta lainnya.

 

c. Teknologi

Revolusi industri 4.0 menjamin teknologi digital dan fisik yang terintegrasi. Pendekatan ini dapat meningkatkan operasi organisasi, produktivitas, pertumbuhan, dan inovasi. Selama ini, para pengelola lembaga pendidikan seolah-olah sudah memanfaatkan teknologi ini, sayangnya justru mereka menggunakan teknologi digital ini untuk melakukan hal yang sama yang selalu mereka lakukan sebelumnya, hanya untuk perkara lebih cepat dan lebih baik. Padahal, banyak peneliti menemukan bahwa organisasi industri 4.0 yang benar menggunakannya untuk membuat model bisnis baru. Sudah sepatutnya, lembaga pendidikan Islam yang memperluas penggunaan teknologi Industri 4.0 untuk menyertakan pemasok, pelanggan, pekerja, mitra, dan pihak lain dalam ekosistem, agar dapat menemukan manfaat yang lebih transformatif.

Berikut beberapa tantangan yang ada dalam industri 4.0:

  1. Keamanan

Aspek yang paling menantang dari industri 4.0 adalah risiko keamanan TI terhadap sistem industri, termasuk lembaga pendidikan. Integrasi online ini akan memberi ruang untuk pelanggaran keamanan, kebocoran data dan bahkan pencurian dunia maya termasuk situs-situs negatif juga harus dipertimbangkan. Oleh sebab itu, penelitian dalam keamanan sangat penting

  1. Penyedia konten negatif

Aspek yang tidak kalah menantang dari industri 4.0 adalah tersedianya layanan konten negatif sepeti pornografi maupun informasi-informasi yang mengandung hoax, radikalisme, anti kebhinnekaan dan sebagainya. Tentu dibutuhkan kecerdasan, kreatifitas dan kearifan dalam menghadapinya.

  1. Permodalan

Salah satu prinsip penting dalam transformasi seperti itu adalah membutuhkan investasi besar dalam teknologi baru. Risikonya juga harus dihitung dan ditanggapi dengan serius.

  1. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Meskipun masih terlalu dini untuk berspekulasi tentang kondisi tenaga pendidik dan kependidikan dengan adopsi Industri 4.0 secara global, adalah aman untuk mengatakan bahwa para guru dan karyawan akan perlu untuk mendapatkan keterampilan yang berbeda atau yang semuanya baru.

  1. Privasi

Ini bukan hanya kekhawatiran masyarakat sebagai warga belajar, tetapi juga para guru maupun pengelola lembaga. Dalam industri yang saling terkait, pengelola perlu mengumpulkan dan menganalisis data. Bagi masyarakat, ini mungkin tampak seperti ancaman terhadap privasinya. Lembaga pendidikan kecil maupun besar yang belum membagikan datanya di masa lalu harus bekerja dengan cara mereka menuju lingkungan yang lebih transparan. Menjembatani kesenjangan antara “konsumen” dan “produsen” akan menjadi tantangan besar bagi kedua belah pihak.

Tujuan utama dari industri 4.0 ini adalah kestabilan distribusi barang dan kebutuhan. Industri 4.0 memungkinkan pendataan kebutuhan masyarakat secara real time, dan mengirim data tersebut ke produsen. Sehingga, para produsen dapat memproduksi dengan jumlah yang tepat sesuai kebutuhan. Tentunya secara ekonomi, hal ini dapat menjaga kestabilan harga. Secara bisnis, hal ini dapat memperluas pasar. Bagi lembaga pendidikan, pendataan kebutuhan belajar masyarakat, memungkinkan bagi pengelola untuk menyediakan konten-konten yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa mengabaikan nilai-nilai ajaran agama, serta dikelola secara efisien atau padat modal. Berikut beberapa contoh peluang industri 4.0 bagi pendidikan Islam:

  1. Memberikan informasi real-time tentang konten-konten keagamaan atau dakwah yang ramah, anti hoax, mencerdaskan dan menginspirasi untuk mengantisipasi pelbagai situs-situs lain yang bercorak radikal, anti kebhinnekaan, dan sebagainya
  2. Informasi real-time dan analisis prediktif akan meningkatkan perencanaan kelembagaan dan alokasi sumber daya ke pelbagai tingkatan manajemen.
  3. Menyediakan konten pembelajaran dapat berperan sebagai pengganti pengalaman nyata.
  4. Menyediakan program studi, penjurusan keahlian bagi masyarakat dalam bidang ini.

 

C. Penutup

Industri 4.0 bukan hanya sekedar jargon. Pada kenyataannya, hingga saat ini, Indonesia masih memerlukan transformasi infrastruktur IT, penegakkan kedaulatan data dan akhirnya undang-undang perlindungan data pribadi. Berulang kali Presiden RI Joko Widodo mengemukakan pentingnya road map untuk menjawab kebutuhan industri 4.0 Disamping itu, pendidikan masyarakat perlu mulai diadaptasikan untuk memenuhi kebutuhan keahlian di era industri 4.0. Lembaga pendidikan Islam juga memiliki andil dalam mengisi industri 4.0, terutama dari sisi nilai-nilai yang dibangun, sebab tidak berarti industri 4.0 tanpa ekses negatif. Di situlah agama dapat berperan.

 

REFERENSI

Christensen C.M & Overdroft M., Meeting the Challenge of Disruptive Change dalam Harvard Business Review on Innovation, 2001.

Davis J, Miller G & Russell A, Information Revolution, Using The Information Evolution Model to Grow Your Business, New York: John Wiley & Son, 2006.

Drucker, Peter F., Innovation and Entrepreneurship, Harper & Row Publisher, 1993.

Hermann, Pentek, Otto, 2016: Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios, accessed on 4 May 2016

Marquardt, Michael J., Building The Learning Organization, McGraw Hill, 1996.

Rafdhi, Faiz., Teknologi Informasi dalam Organisasi Belajar, Jurnal Ilmu Komputer, Jakarta: Univ. Esa Unggul, Vol 7, No. 1, Maret 2011.

———-, Sistem Pakar Penetapan Harta Waris, Thesis: STTBI, Jakarta, 2014

Romiszowski, Alexander J., Applications of Educational Technology: The International Perspective, Handbook of Instructional Technology: Past, Present and Future, New York, 1996.

Senge, Peter M., The fifth discipline: The art and practice of the learning organization, New York: Doubleday, 1990.

Uno, Hamzah B. & Lamatenggo, Nina., Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

https://mobnasesemka.com/apa-itu-industri-4-0/, accessed on 28 August 2018

Related posts

Leave a Comment