KIDUNG CINTA BIE#2
Oleh : Suzi
Kubatasi dan kututup diary Tanti untuk sesaat. Tanti adalah radio mungilku yang begitu lancar bercerita tentang Dani. Entahlah bagaimana mulanya Tanti begitu percaya kepadaku. Gundah gulana, suka bahagianya selalu bersamaku. Begitu pun Dani, sebelum Tanti jatuh ke dalam telaga cinta Dani , Dani selalu menanyakan tentang bagaimana perasaan-perasaan Tanti untuk Dani. Aku adalah jembatan penghubung mereka berdua. Adakalanya rasa was-wasku hadir untuk Tanti. Karena aku tahu siapa Dani. Tetapai aku selalu berhusnuzhon semoga kali ini Dani benar-benar memperistri Tanti dengan tulus, tanpa ada maksud negatif yang menyelinap jauh di bilik hatinya.
Dani lelaki cerdas, kemahirannya dalam bergaul serta tutur katanya yang santun membuat ia disenangi kaum hawa. Apalagi dunia bahasa lebih banyak dikuasai kaum hawa tinimbang kaum adam. Dani sosok yang berkharisma. Siapapun wanita selalu betah ngobrol berlama-lama dengannya. Aku masih teringat saat Dani pertama kalinya mengajak Tanti diperhelatan acaranya. Sebuah seminar bergengsi di sebuah kota kecil di Jawa Barat. Suasan resort yang sungguh indah dan nyaman memanjakan Dani dan Tanti melewati masa indah bulan madunya. Dan saat itu pun aku mendengar pembicaraan mereka.
“Mi, bulan depan Abi diundang ke Sumedang loh untuk acara rubrikasi majalah. Pesertanya para ketua organisasi wilayah. Umi ikut ya!” Pinta Dani.
“Dan jangan kaget ya, nanti Abi bakal diserbu penggemar yang mau minta foto bersama atau berdua. Ini itung-itung menguji mental Umi”. Imbuh Dani. Aku hanya mendengar Tanti mendehem saja.
“Astagfirullah!” Aku terperanjat mendengar ungkapan Dani tadi. Hingga Tanti menghampiriku.
“Ada apa Kanda, kok seperti kaget?”
“Eee, engga ada apa-apa, Din” Sahutku agak sedikit kikuk.
Ya Allah jangan sampai Tanti menjadi koban untuk kesekian kalinya, aku bergumam dalam hati. Astagfirullah aku beristighfar berkali-kali Ya Allah buang suudzhon ini. Pintaku dalam hati.
Aku melirik Tanti yang anteng merangkum bahan kajian buku yang dibacanya. Tanti tampak polos dan lugu. Katanya baru kali ini ia ia mendapatkan lelaki yang tidak dita’arufkan oleh Ustadz Abdurrahman guru ngajinya. Artinya tidak seperti mantan suaminya yang dulu.. Mantan suami Tanti adalah kawan pengjaian kakak sepupunya yang dita’arufkan dengannya oleh Ustadz Abdurrahman. Dan akupun kembali memikikan Dani yang tengah asyik memainkan dua jempolnya menekan tust huruf di keyboard ponselnya.
Kali ini selera Dani berbeda lain dari biasanya. Dani menyukai Tanti yang berhijab lebar, hanya tampak muka dan tangan Tanti yang terlihat. Polesan bedaknya sedemikian tipis dan warna merah jambu yang tipis memoles bibir mungil Tanti. Tanti wanita yang bersahaja, datang dari keluarga biasa saja. Ayahnya sudah lama meninggal. Mereka hidup bermodalkan pensiun ayah Tanti sebagai Purwirawan ABRI.
(Bersambung)